Saturday, 19 March 2016

KENAPA ALLAH SWT MENCIPTAKAN GUNUNG?

Kita semua pasti sepakat dengan kalimat-kalimat spt ini ; Tiada pernah ada sedikitpun Allah menciptakan semua mahluknya yang tiada bernilai guna atau sia-sia..Meski pun mahluk itu teramat kecil dan tak bisa dilihat dengan kasat mata. Demikian pula hal nya dengan penciptaan gunung-gunung di hamparan alam semesta ini.

Sementara itu GUNUNG MERAPI adalah salah satu nama daripada ribuan nama yang diberikan kepada ciptaan Allah SWT yang bernama gunung. Fungsi Gunung adalah penyeimbang bumi di mana tanpanya bumi akan beroleng (bergerak) tidak tentu arah. Inilah satu fungsi gunung yang ditetapkan al-Quran lebih 1,400 tahun lalu.

Di dalam Al Qura’n tidak sedikit firman Allah yang berkaitan dengan peranan, fungsi dan nilai guna gunung bagi kehidupan ini..Salah satu fungsi utamanya adalah penyeimbang bumi atau sebagai “ TIANG PANCANG bumi “di mana tanpanya (gunung2) bumi akan beroleng (bergerak) tidak tentu arah. Inilah satu fungsi gunung yang ditetapkan al-Quran lebih 1,400 tahun lalu.

Al-Quran menyebutnya seperti berikut: “Dan gunung-ganang sebagai pancang pasaknya.” (QS. al-Naba: 7) Dalam ayat lain Allah pun berfirman yang artinya: “Dan Dia mengadakan di bumi gunung-gunung yang menetapkannya supaya ia tidak menghayun-hayunkan kamu, dan Dia mengadakan sungai-sungai serta jalan-jalan lalu-lalang, supaya kamu dapat sampai ke matlamat yang kamu tuju.” ( QS. al-Nahl: 15 )
Al-Quran menyebut gunung dengan dua perkataan bahasa Arab. Yang pertama kata jamak *JIBAL* dan disebut sebanyak 33 kali, manakala kata tunggal ‘JABAL’ disebut enam kali dan yang kedua kata ‘RAWASI’ yang diulang sebanyak 10 kali.

Menurut Rosihan dan Fadlullah, istilah jabal lebih bersifat umum, sedangkan rawasi kemungkinan dimaksudkan khusus untuk menyebutkan gunung yang berfungsi sebagai pasak bumi. Hal ini dikuatkan pula oleh makna dasar dari-pada kata berkenaan. Kata rawasi bermakna sesuatu yang dapat membuat benda yang bergoncang menjadi diam, dalam hal ini benda yang bergoncang adalah bumi.

Penyebutan rawasi juga selalu didahului dengan kata alqa berarti ‘mencampakkan’, atau ‘meletakkan sesuatu yang belum ada sebelumnya di tempat itu.’ Makna ini sesuai dengan uraian ilmiah mengenai gunung. Gunung-gunung yang berada di batas lempeng (divergence mahupun convergence) memang tidak muncul bersamaan dengan pembentukan daratan, melainkan harus melalui proses tektonik terlebih dulu.

Penggunaan istilah makrifat (al) yang mendahului kata ard dalam Surah Al-Nahl ayat 15. Ini adalah Isim (kata benda) yang menunjukkan pengkhususan, dalam hal ini pengkhususan bagian tertentu dari bumi. Ini bererti ‘gunung’ dimaksudkan dalam ayat tidak terdapat di seluruh permukaan bumi, akan tetapi hanya pada wilayah tertentu. Wilayah itu kemungkinan adalah batas-batas lempeng.

Bagian lain setelah kata rawasi dalam ayat ini adalah perkataan an tamiida bikum yang bermakna ‘supaya ia tidak menghayun-hayunkan kamu.’ Perkataan ini mungkin menunjukkan ‘gunung’ yang dibicarakan dalam ayat itu ialah gunung berada dekat dengan permukiman manusia, yakni gunung-gunung di batas lempeng konvergen. Gunung di bawah laut (batas lempeng divergen) mungkin tidak termasuk dalam ‘gunung’ yang dibicarakan ayat ini.

Dalam al-Quran disebut gunung 49 kali mempunyai tujuan tertentu. Dengan bilangan sebanyak itu, sudah tentu gunung mempunyai kedudukan tersendiri dalam rangkaian makhluk ciptaan Allah. Kita boleh mengkategorikan pembahasan gunung dalam 49 ayat itu kepada pembahasan mengenai hakikat gunung sebagai kata kiasan; kepentingan sejarah manusia; tempat berlaku mukjizat; tempat berlindung manusia dan hewan; penyeimbang bumi; keagungan penciptaan gunung, gambaran komposisi geologi; fakta bahawa gunung bergerak; supernatural dan nasib gunung pada hari kiamat.

Dari segi sains, gunung berapi adalah suatu proses geologi yang membibitkan pembentukan daratan yang dimana letusan membentuk permukaan planet, atau yang disebut magma, batuan cair yang meleleh keluar dari bahagian dalam (interior) planet.
Gunung berapi ada dalam beberapa bentuk sepanjang keberadaannya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, menjadi pendam, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun, gunung berapi mampu menjadi mati selama waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Karena itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya sesuatu gunung berapi, apakah sebuah gunung berapi itu berada dalam posisi aktif atau telah mati.

Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kemusnahan oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti aliran lava; letusan gunung berapi; aliran lumpur; abu; kebakaran hutan; gas beracun; gelombang tsunami; dan gempa bumi.

Kejadian fenomena alam abu gunung merapi sedikit sebanyak mengingatkan manusia mengenai kekuasaan Sang Maha Pencipta yang tidak ada bandingannya. Dia boleh melakukan apa saja tanpa ada campur tangan dari siapapun. Manusia sebagai makhluk ciptaannya hanya boleh menerimanya secara sukarela mahupun secara terpaksa demi kebaikan mereka.

“Kalau sudah demikian, adakah Allah yang menciptakan semuanya itu sama seperti makhluk yang tidak menciptakan sesuatu? Maka patutkah kamu lalai sehingga kamu tidak mahu beringat serta memikirkannya?” (Surah al-Nahl: 17)

Sebagai penutup dari tulisan ini Insya Allah ini bisa menjadi peta dan kompas serta peringatan Aqidah baik untuk saya pribadi dan bagi semua sahabat para pendaki gunung atau para penggiat alam bebas untuk lebih cerdas membaca peta tugas dan kewajiban kita sebagai hamba tuhan dalam mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita untuk menjaga, melindungi, memelihara serta memanfaatkan secara lestari semua potensi kekayaan yang terkandung di dalam perut gunung atau yang terlihat dan terhampar di punggungan atau di lereng-lereng bukitnya. Jadi saya akan mengulang kembali kalimat pembuka tulisan saya ini yakni; Tiada pernah ada sedikitpun Allah menciptakan semua mahluknya yang tiada bernilai guna atau sia-sia..Meski pun mahluk itu teramat kecil dan tak bisa dilihat dengan kasat mata. Demikian pula hal nya dengan penciptaan gunung-gunung di hamparan alam semesta ini. 


No comments:

Post a Comment