KENAPA ALLAH SWT MENCIPTAKAN GUNUNG?
Kita semua pasti sepakat
dengan kalimat-kalimat spt ini ; Tiada pernah ada sedikitpun Allah
menciptakan semua mahluknya yang tiada bernilai guna atau sia-sia..Meski
pun mahluk itu teramat kecil dan tak bisa dilihat dengan kasat mata.
Demikian pula hal nya dengan penciptaan gunung-gunung di hamparan alam
semesta ini.
Sementara itu GUNUNG MERAPI adalah salah satu nama
daripada ribuan nama yang diberikan kepada ciptaan Allah SWT yang
bernama gunung. Fungsi Gunung adalah penyeimbang bumi di mana tanpanya
bumi akan beroleng (bergerak) tidak tentu arah. Inilah satu fungsi
gunung yang ditetapkan al-Quran lebih 1,400 tahun lalu.
Di dalam
Al Qura’n tidak sedikit firman Allah yang berkaitan dengan peranan,
fungsi dan nilai guna gunung bagi kehidupan ini..Salah satu fungsi
utamanya adalah penyeimbang bumi atau sebagai “ TIANG PANCANG bumi “di
mana tanpanya (gunung2) bumi akan beroleng (bergerak) tidak tentu arah.
Inilah satu fungsi gunung yang ditetapkan al-Quran lebih 1,400 tahun
lalu.
Al-Quran menyebutnya seperti berikut: “Dan gunung-ganang
sebagai pancang pasaknya.” (QS. al-Naba: 7) Dalam ayat lain Allah pun
berfirman yang artinya: “Dan Dia mengadakan di bumi gunung-gunung yang
menetapkannya supaya ia tidak menghayun-hayunkan kamu, dan Dia
mengadakan sungai-sungai serta jalan-jalan lalu-lalang, supaya kamu
dapat sampai ke matlamat yang kamu tuju.” ( QS. al-Nahl: 15 )
Al-Quran menyebut gunung dengan dua perkataan bahasa Arab. Yang pertama
kata jamak *JIBAL* dan disebut sebanyak 33 kali, manakala kata tunggal
‘JABAL’ disebut enam kali dan yang kedua kata ‘RAWASI’ yang diulang
sebanyak 10 kali.
Menurut Rosihan dan Fadlullah, istilah jabal
lebih bersifat umum, sedangkan rawasi kemungkinan dimaksudkan khusus
untuk menyebutkan gunung yang berfungsi sebagai pasak bumi. Hal ini
dikuatkan pula oleh makna dasar dari-pada kata berkenaan. Kata rawasi
bermakna sesuatu yang dapat membuat benda yang bergoncang menjadi diam,
dalam hal ini benda yang bergoncang adalah bumi.
Penyebutan rawasi juga selalu didahului dengan kata alqa berarti ‘mencampakkan’, atau ‘meletakkan sesuatu yang belum ada sebelumnya di tempat itu.’ Makna ini sesuai dengan uraian ilmiah mengenai gunung. Gunung-gunung yang berada di batas lempeng (divergence mahupun convergence) memang tidak muncul bersamaan dengan pembentukan daratan, melainkan harus melalui proses tektonik terlebih dulu.
Penggunaan istilah makrifat (al) yang
mendahului kata ard dalam Surah Al-Nahl ayat 15. Ini adalah Isim (kata
benda) yang menunjukkan pengkhususan, dalam hal ini pengkhususan bagian
tertentu dari bumi. Ini bererti ‘gunung’ dimaksudkan dalam ayat tidak
terdapat di seluruh permukaan bumi, akan tetapi hanya pada wilayah
tertentu. Wilayah itu kemungkinan adalah batas-batas lempeng.
Bagian lain setelah kata rawasi dalam ayat ini adalah perkataan an
tamiida bikum yang bermakna ‘supaya ia tidak menghayun-hayunkan kamu.’
Perkataan ini mungkin menunjukkan ‘gunung’ yang dibicarakan dalam ayat
itu ialah gunung berada dekat dengan permukiman manusia, yakni
gunung-gunung di batas lempeng konvergen. Gunung di bawah laut (batas
lempeng divergen) mungkin tidak termasuk dalam ‘gunung’ yang dibicarakan
ayat ini.
Dalam al-Quran disebut gunung 49 kali mempunyai tujuan
tertentu. Dengan bilangan sebanyak itu, sudah tentu gunung mempunyai
kedudukan tersendiri dalam rangkaian makhluk ciptaan Allah. Kita boleh
mengkategorikan pembahasan gunung dalam 49 ayat itu kepada pembahasan
mengenai hakikat gunung sebagai kata kiasan; kepentingan sejarah
manusia; tempat berlaku mukjizat; tempat berlindung manusia dan hewan;
penyeimbang bumi; keagungan penciptaan gunung, gambaran komposisi
geologi; fakta bahawa gunung bergerak; supernatural dan nasib gunung
pada hari kiamat.
Dari segi sains, gunung berapi adalah suatu
proses geologi yang membibitkan pembentukan daratan yang dimana letusan
membentuk permukaan planet, atau yang disebut magma, batuan cair yang
meleleh keluar dari bahagian dalam (interior) planet.
Gunung
berapi ada dalam beberapa bentuk sepanjang keberadaannya. Gunung berapi
yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, menjadi pendam,
sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun, gunung
berapi mampu menjadi mati selama waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi
aktif kembali. Karena itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya
sesuatu gunung berapi, apakah sebuah gunung berapi itu berada dalam
posisi aktif atau telah mati.
Apabila gunung berapi meletus,
magma yang terkandung di dalam gunung berapi meletus keluar sebagai
lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kemusnahan oleh gunung
berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti aliran lava; letusan
gunung berapi; aliran lumpur; abu; kebakaran hutan; gas beracun;
gelombang tsunami; dan gempa bumi.
Kejadian fenomena alam abu
gunung merapi sedikit sebanyak mengingatkan manusia mengenai kekuasaan
Sang Maha Pencipta yang tidak ada bandingannya. Dia boleh melakukan apa
saja tanpa ada campur tangan dari siapapun. Manusia sebagai makhluk
ciptaannya hanya boleh menerimanya secara sukarela mahupun secara
terpaksa demi kebaikan mereka.
“Kalau sudah demikian, adakah
Allah yang menciptakan semuanya itu sama seperti makhluk yang tidak
menciptakan sesuatu? Maka patutkah kamu lalai sehingga kamu tidak mahu
beringat serta memikirkannya?” (Surah al-Nahl: 17)
Sebagai
penutup dari tulisan ini Insya Allah ini bisa menjadi peta dan kompas
serta peringatan Aqidah baik untuk saya pribadi dan bagi semua sahabat
para pendaki gunung atau para penggiat alam bebas untuk lebih cerdas
membaca peta tugas dan kewajiban kita sebagai hamba tuhan dalam
mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita untuk menjaga, melindungi,
memelihara serta memanfaatkan secara lestari semua potensi kekayaan
yang terkandung di dalam perut gunung atau yang terlihat dan terhampar
di punggungan atau di lereng-lereng bukitnya. Jadi saya akan mengulang
kembali kalimat pembuka tulisan saya ini yakni; Tiada pernah ada
sedikitpun Allah menciptakan semua mahluknya yang tiada bernilai guna
atau sia-sia..Meski pun mahluk itu teramat kecil dan tak bisa dilihat
dengan kasat mata. Demikian pula hal nya dengan penciptaan gunung-gunung
di hamparan alam semesta ini.
No comments:
Post a Comment